Tambang Nikel Australia Tak Lagi Berjaya, Ternyata Ini Sebabnya

[ad_1]

Jakarta, Wartavisi Indonesia – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) buka-bukaan alasan di balik meredupnya pertambangan nikel di Australia, sampai pertambangan di negeri kanguru itu harus gulung tikar.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto mengatakan redupnya pertambangan nikel di Australia lantaran tidak mendorong hilirisasi hasil tambang nikelnya. Dia bilang negara itu hanya fokus pada penjualan bijih hasil pertambangan.

“Ini saya kira beda dengan Australia, dia nggak berpikir hilirisasi, mereka ekspor-ekspor saja,” ujar Seto dalam acara Economic Outlook Wartavisi Indonesia, dikutip Jumat (1/3/2024).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Nah, berbeda dengan Indonesia, Australia hanya fokus pada penambang nikel yang produk tambangnya langsung dijual. Sedangkan Indonesia melakukan kegiatan hilirisasi yakni melakukan pemurnian dan pemrosesan nikel terlebih dahulu sebelum akhirnya produk turunan nikel tersebut bisa diekspor.

“Australia, Kaledonia Baru, nggak mikir begitu, mereka hanya berpikir penambangnya saja,” tegas dia.

Dengan begitu, dia menilai beberapa pertambangan nikel yang tutup di negara tersebut lantaran harga nikel dunia yang saat ini terjun, tidak terjadi hal yang sama di Indonesia lantaran program hilirisasi dalam negeri yang terus digenjot. “Memang di luar suffer, tapi itu ekonomi, kita nggak bisa menyalahkan Indonesia, karena berpikir sempit hanya dari sisi tambang saja,” tandasnya.

Asal tahu saja, mengutip ABC, diketahui lebih dari 250 lapangan pekerja akan terkena dampak dari penutupan operasi di tambang nikel Australia milik Wyloo Metals.

Perusahaan milik miliarder Andrew Forrest tersebut telah mengonfirmasi bahwa tambang nikel Kambalda miliknya akan menghentikan sementara operasi pada tanggal 31 Mei. Hal ini seiring harga bahan baja tahan karat dan baterai yang merosot 45% dalam 12 bulan terakhir.

Hal ini terjadi hampir enam bulan setelah perusahaan swasta milik Forrest membayar AU$ 760 juta untuk mengakuisisi situs tambang Cassini, Long dan Durkin di Kambalda, yang mempekerjakan 44 pekerja Wyloo dan 220 kontraktor.

Penutupan ini menyusul penghentian tambang nikel Savannah di Kimberley, bulan ini, dan keputusan First Quantum Minerals untuk menghentikan penambangan di tambang nikel Ravensthorpe di pantai selatan WA dan memangkas 30% tenaga kerjanya.

[Gambas:Video Wartavisi]


Artikel Selanjutnya


Wahai Investor, Peluang Eksplorasi Nikel Terbuka Lebar

(pgr/pgr)

More From Author

Siap-siap Serbu Festival Makan Receh TRANS7 di Senayan Park Jakarta

Kopi Hitam Vs Kopi Susu, Mana yang Lebih Sehat?