Kematian Massal Baru Segera Terjadi di Gaza, Bukan Bom Israel Tapi…

Estimated read time 3 min read

[ad_1]

Jakarta, Wartavisi Indonesia -Ancaman kematian massal kini terjadi di Gaza. Kekurangan pangan ekstrem di berbagai wilayah di kantong Palestina itu menjadi penyebab.

Warga yang masih bertahan dari gempuran Israel disebut mengalami kelaparan tingkat tinggi, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pasokan makanan telah terputus di sebagian besar lokasi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Pemantau kelaparan global PBB, Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), menegaskan bagaiman 70% orang di sana sudah menderita kekurangan pangan akut, bahkan lebih dari tiga kali lipat ambang batas 20%. IPC mengaku tak memiliki cukup data namun yakin dua orang dari 10.000 orang yang meninggal setiap hari karena kelaparan dan kekurangan gizi serta penyakit.

“Tindakan yang diperlukan untuk mencegah kelaparan memerlukan keputusan politik segera untuk gencatan senjata dan peningkatan akses kemanusiaan dan komersial yang signifikan dan segera kepada seluruh penduduk Gaza,” katanya lembaga itu, dikutip Reuters, Selasa (19/3/2024).

Secara keseluruhan, 1,1 juta warga Gaza atau sekitar separuh jumlah penduduk Gaza, mengalami kekurangan pangan yang sangat parah. Sekitar 300.000 orang di wilayah tersebut kini menghadapi kemungkinan tingkat kematian akibat kelaparan.

Ancaman kelaparan telah menimbulkan kecaman paling keras Amerika Serikat (AS) dan Eropa, ke Israel. Meski begitu tekanan internasional tak diindahkan pemerintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu dengan dalih “membela diri”.

“Di Gaza, kita tidak lagi berada di ambang kelaparan. Kita berada dalam kondisi kelaparan,” kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell pada konferensi di Brussels tentang bantuan untuk Gaza.

“Kelaparan digunakan sebagai senjata perang. Israel memprovokasi kelaparan,” tegasnya.

“Jelas status quo tidak dapat dipertahankan. Kita memerlukan tindakan segera sekarang untuk menghindari kelaparan,” kata Inggris.

Di sisi lain, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut laporan IPC sebagai “dakwaan yang mengerikan”. Ia mengatakan Israel harus mengizinkan akses penuh dan tidak terbatas ke seluruh wilayah Gaza.

Meski warga Gaza sudah terancam kelaparan akut, Israel masih terus melancarkan serangan besar-besaran semalam. Area yang disasar adalah rumah sakit Al Shifa.

Rumah sakit itu awalnya merupakan fasilitas kesehatan terbesar di Jalur Gaza. Kini ini pun menjadi satu-satunya fasilitas medis yang masih berfungsi sebagian di bagian utara wilayah tersebut.

Israel mengklaim membunuh lebih dari 20 pejuang Hamas, termasuk seorang komandan senior Hamas, Fayeq al-Mabhouh, di rumah sakit. Hamas mengatakan al-Mabhouh adalah seorang pejabat polisi Palestina yang bertugas mengawasi perlindungan pengiriman bantuan di Gaza.

Sementara itu perundingan untuk gencatan senjata dalam perang tersebut, yang kini memasuki bulan keenam, akan dilanjutkan Selasa. Delegasi Israel yang dipimpin oleh kepala mata-mata negara tersebut dilaporkan telah menuju ke Qatar.

Namun seorang pejabat Israel mengatakan bahwa mencapai kesepakatan apa pun mungkin akan memakan waktu setidaknya dua minggu lagi. Ini menjadi sebuah kekecewaan yang jelas bagi Washington yang telah mengupayakan kesepakatan pada awal bulan suci Ramadhan pekan lalu.

Dalam update Senin, Kementerian Kesehatan Gaza menyebut sudah total 31.726 warga tewas karena serangan Israel sejak Oktober. Hingga kini tak ada sanksi yang diberikan dunia ke negara itu.

[Gambas:Video Wartavisi]


Artikel Selanjutnya


35 Hari Dibom Israel, Warga Palestina Terancam Mati Kelaparan

(sef/sef)