[ad_1]
Jakarta, Wartavisi Indonesia – Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah atau Lebaran 2024 tinggal menghitung hari. Menurut Kalender Kementerian Agama (Kemenag), 1 Syawal jatuh pada Rabu, 10 April atau Kamis, 11 April 2024. Sementara itu, Muhammadiyah yang menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal menentukan bahwa Lebaran 2024 jatuh pada Rabu, 10 April 2024.
Mudik atau pulang ke kampung halaman adalah salah satu tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga besar. Namun, tradisi ini sering ditakuti oleh beberapa orang, terutama jika sudah berusia yang dianggap ideal untuk menikah.
Bukan tanpa alasan, pulang ke kampung halaman sering ditakuti oleh masyarakat milenial atau bahkan Generasi Z karena sering mendapat pertanyaan “Kapan nikah?” atau “Mana, nih, calonnya (suami atau istri)?” oleh keluarga besar. Entah serius atau sekadar basa-basi, pertanyaan ini sering menjadi momok bagi sejumlah orang.
Lantas, bagaimana cara menjawab pertanyaan terkait pernikahan dari keluarga?
Psikolog sosial, Regina Navira Pratiwi mengatakan bahwa sikap pertama yang harus dilakukan oleh penerima pertanyaan “Kapan nikah?” adalah memiliki pola pikir yang netral atas pertanyaan tersebut. Menurut Regina, penerima pertanyaan harus menganggap bahwa “Kapan nikah?” adalah pertanyaan yang sama dengan pertanyaan lainnya. Dengan demikian, pertanyaan itu sebaiknya direspons dengan jawaban yang netral.
“Bila kita sudah paham bahwa pertanyaan tersebut adalah hal yang netral maka cobalah untuk memberikan jawaban yang juga netral dan objektif. Berilah jawaban yang bisa membuat kita berada di posisi yang aman,” ujar Regina kepada Wartavisi Indonesia, dikutip Senin (1/4/2024).
Pakar psikologi sosial dari Empathinc Psychology Center ini mengatakan, penerima pertanyaan tidak perlu menjawab dengan konotasi buruk. Sebagai gantinya, jawablah dengan meminta doa yang terbaik dari seseorang yang bertanya, seperti “Mohon didoakan saja, ya,” atau segera mengalihkannya dengan topik lain.
Regina mengatakan, berusaha untuk bersikap netral, menjawab secukupnya, dan memberikan interpretasi kesan positif melalui jawaban yang diberikan adalah cara untuk menyelamatkan diri dari hal-hal yang buruk.
“Itu adalah mekanisme pertahanan diri kita untuk bisa sehat karena pertanyaan itu, kan, kalau kita lihat secara fenomena sosial itu banyak banget ditanyakan,” jelas Regina.
“Kalau kita memang tidak cerdas untuk memberikan pertanyaan yang netral, itu akan jadi masalah,” imbuhnya.
Regina mengatakan, setiap individu harus memahami bahwa orang memiliki batasan tertentu dalam bersosialisasi. Maka dari itu, ia meminta setiap orang harus bertindak secara bijak dalam berbasa-basi atau berkomunikasi, salah satunya dengan memikirkan perasaan satu sama lain sebelum berbicara.
Alih-alih memberikan pertanyaan yang mungkin membuat perasaan tidak nyaman, Regina menyarankan setiap orang untuk membuka topik yang menyenangkan, seperti terkait hobi.
“Kita harus memiliki kesadaran itu. Jangan sampai kita memberikan pertanyaan yang terlalu personal. Hormatilah orang lain. Sebelum bertemu keluarga, pikirkan kembali tentang kesiapan mental seseorang yang sudah lama tidak bertemu,” imbau Regina.
[Gambas:Video Wartavisi]
Artikel Selanjutnya
BMKG Ungkap Potensi Cuaca Mudik Lebaran 2024, Ada Banjir?
(rns/rns)