Kasusnya Langka Ditemukan, Ini Gejala-Pencegahan Anemia Aplastik

Estimated read time 3 min read

[ad_1]

Jakarta, Wartavisi Indonesia – Dunia hiburan tanah air baru-baru ini kembali berduka. Salah satu komika terbaik, Babe Cabita meninggal dunia usai berjuang melawan penyakit langka bernama anemia aplastik.

Adapun, pria bernama asli Priya Prayogha Pratama itu menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 06.38 WIB di RS Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain berprofesi sebagai seorang komika, Babe juga merupakan pengusaha pemilik rumah makan Dadar Beredar yang berdiri sejak 2023.

Lantas apa itu anemia aplastik dan bagaimana cara pencegahannya?

Mengutip dari detikhealth, Rabu (10/4/2024), anemia aplastik merupakan gangguan kesehatan berupa anemia atau kurang darah dikarenakan sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah baru yang cukup, baik trombosit, leukosit, maupun eritrosit atau ketiganya sekaligus.

Anemia aplastik merupakan penyakit langka atau jarang ditemukan kasusnya. Namun demikian, harus tetap diwaspadai.

Setidaknya, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena anemia aplastik antara lain:

– Penyakit autoimun
– Infeksi virus
– Kelainan genetik
– Efek radioterapi dan kemoterapi
– Paparan bahan kimia tertentu
– Kehamilan
– Penggunaan obat-obatan tertentu

Sementara itu, anemia aplastik sendiri mempunyai gejala yang berbeda-beda tergantung sel darah yang terpengaruh.

Beberapa gejala anemia aplastik yang telah diketahui, antara lain:

– Lelah dan lemas
– Kulit pucat
– Pusing
– Sesak napas
– Demam
– Sakit kepala
– Infeksi yang berulang
– Mimisan
– Kulit rentan memar atau berdarah

Adapun, untuk mendiagnosis anemia aplastik, dokter akan menanyakan seputar keluhan, obat-obatan yang dikonsumsi, serta riwayat penyakit pasien. Untuk menegakkan diagnosis, dokter juga akan melakukan tes penunjang seperti:

– Tes darah, untuk melihat kadar sel darah merah, sel darah putih, trombosit, dan hemoglobin dalam darah
– Biopsi sumsum tulang, yakni mengambil sampel dari sumsum tulang belakang untuk dianalisa menggunakan mikroskop

Anemia aplastik dapat ditangani dengan beberapa metode, sesuai dengan kondisi dan tingkat keparahan yang dialami pasien, diantaranya:

– Menggunakan antibiotik dan antivirus untuk mengatasi infeksi yang memicu anemia aplastik
– Transfusi darah untuk mencukupi kebutuhan sel darah dan meredakan gejala
– Memberikan imunosupresan untuk menghambat sistem imun tubuh yang merusak sumsum tulang saat memerangi infeksi
– Memberikan stimulan untuk merangsang sumsum tulang memproduksi sel darah yang baru
– Transplantasi sel punca (stem cell) untuk menggantikan sel yang rusak dengan yang baru.

Anemia aplastik yang tidak mendapat penanganan dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti:

– Pendarahan
– Infeksi parah
– Sindrom mielodisplasia, kelainan akibat sel darah yang terbentuk secara tidak sempurna
– Kanker darah
– Hemokromatosis, atau penumpukan zat besi dalam tubuh
– Kanker kelenjar getah bening

Hingga saat ini, masih belum ada cara pasti untuk mencegah anemia aplastik.

Namun demikian, beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah anemia aplastik semakin parah diantaranya:

– Melakukan kontrol ke dokter secara rutin
– Menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan, terutama setelah ke kamar mandi
– Menghindari aktivitas yang berpotensi menyebabkan luka berdarah
– Istirahat dan tidur yang cukup
– Melengkapi imunisasi.

[Gambas:Video Wartavisi]

(dce)