[ad_1]
Jakarta, Wartavisi Indonesia – Kremlin menolak berkomentar mengenai klaim kelompok ISIS bahwa mereka berada di balik serangan paling mematikan Moskow, akhir pekan kemarin. Moskow sepertinya ragu soal hal tersebut seperti diberitakan Senin (23/3/2024).
Setidaknya 137 orang tewas ketika orang-orang bersenjata menyerbu Balai Kota Crocus dan menembaki penonton yang ada di dalamnya. Mereka juga membakar gedung tersebut yang membuat serangan itu menjadi paling fatal dalam sejarah negara itu.
Sebenarnya ISIS telah mengatakan beberapa kali sejak hari Jumat bahwa merekalah yang melakukan serangan tersebut. Bahkan saluran media yang berafiliasi dengan ISIS telah menerbitkan video orang-orang bersenjata di dalam lokasi yang menembaki penonton konser.
Namun dalam satu-satunya pernyataan publiknya mengenai pembantaian tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Ukraina. Hingga kini tidak ada pejabat senior Rusia yang mengomentari klaim ISIS.
Mengutip AFP, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan ketika ditanya mengapa Rusia tidak membahas klaim keterlibatan ISIS. “Kami hanya berbicara data awal. Belum ada versi yang dikemukakan,” ujarnya.
Para pejabat memperkirakan jumlah korban tewas akan terus meningkat. Hingga kini, tim penyelamat sedang mencari sisa-sisa di lokasi tersebut.
“Layanan khusus bekerja tanpa kenal lelah, menghadapi semua ancaman, semua tantangan yang dihadapi negara dan masyarakat kita,” kata Peskov menjawab pertanyaan tentang bagaimana Kremlin gagal menghalangi pembantaian tersebut meski ada peringatan publik dari intelijen Amerika Serikat (AS).
Pelaku Dibayar Rp 85 Juta
Sementara itu Rusia sendiri dilaporkan sudah menangkap 11 orang, Sebanyak empat tersangka dilaporkan terbukti bersalah.
Mereka adalah Dalerzhon Mirzoyaev (32), Saidakrami Rachabaluzid (30) Mukhammadsobir Faizov (19) dan Shamsidin Fariduni (25 ). Dilaporkan mereka berasal dari Tajikistan.
Mengutip TASS ada fakta unik yang ditemukan terkait ini. Pemimpin Redaksi RT, Margarita Simonyan di Telegram memuat bagaimana salah seorang yang ditangkap mengatakan ia dijanjikan 500.000 ruble (Rp 85 juta) untuk ikuit melakukan serangan.
“Saya menembaki orang di Crocus untuk uang. (Saya djanjikan) sekitar 500.000,” tutur pria yang tak disebutkan identitasnya itu dalam video.
Ia mengatakan telah menerima setengah dari uang itu. Ia pun dijanjikan akan menerima separuh lagi uangnya nanti setelah tugasnya dilakukan.
ISIS Dijadikan AS Kambing Hitam?
Di sisi lain, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyebut AS mengkambinghitamkan ISIS. Washington dikatakan mencoba menyelamtkan Ukraina dengan menyebut ISIS sebagai pelaku.
“Para insinyur politik Amerika menyudutkan diri mereka sendiri dengan cerita mereka bahwa serangan Balai Kota Crocus dilakukan oleh kelompok teror ISIS,” kata diplomat tersebut, dikutip Senin di media Rusia, TASS.
“Oleh karena itu, Washington setiap hari memberikan dana talangan (bail out) terhadap wilayahnya di Kiev, dan upaya untuk menutupi dirinya sendiri serta rezim Zelensky yang mereka ciptakan dengan orang-orangan sawah dari ISIS yang dilarang,” tegasnya.
Zakharova mencatat bahwa sejumlah faktor. Ini, tegasnya, secara langsung dan tidak langsung menunjukkan keterlibatan pemerintah AS dalam mensponsori terorisme Ukraina.
“Miliaran dolar dan jumlah senjata yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang diinvestasikan tanpa akuntabilitas dan dengan menggunakan skema korupsi ke dalam rezim Kyiv,” katanya.
“Retorika agresif mengenai Rusia, nasionalisme fanatik, larangan perundingan damai mengenai Ukraina, seruan yang tak ada habisnya untuk resolusi kekuatan konflik tersebut, penolakan untuk mengutuk serangan teror selama bertahun-tahun, yang dilakukan oleh rezim Kiev, dan dukungan informasi dan politik yang sangat besar terhadap tindakan Zelensky, bahkan yang paling kejam sekalipun,” jelasnya.
Ia juga menyindir intervensi AS dalam urusan Timur Tengah telah menyebabkan munculnya, penguatan dan pelembagaan sejumlah kelompok radikal dan teroris yang masih aktif di kawasan hingga saat ini.
“Apa logikanya, Anda mungkin bertanya? Uang dan kekuasaan. Dan, mengingat larangan hukum internasional terhadap intervensi langsung, hal ini juga berarti menabur ‘kekacauan terkendali’ dan membentuk kembali tatanan dunia melalui tangan teroris,” lanjutnya.
“Perhatian, pertanyaan untuk Gedung Putih: apakah Anda yakin itu ISIS, apakah nanti Anda akan berubah pikiran?,” tambahnya lagi.
Israel Terlibat?
Isu kemungkinan keterlibatan Israel juga muncul. Salah satunya dimuat media Tel Aviv, Haaretz merujuk beberapa loyalis Putin yang menuduh Israel terlibat.
“Rezim Rusia pasti akan menggunakan serangan ini untuk menghasut dan menyerang Ukraina serta para pembangkang di dalam negerinya – dan telah mengeksploitasi pembantaian ISIS untuk secara keliru menuduh Ukraina, AS, dan Israel berkonspirasi melawannya,” muat analisis di media tersebut.
[Gambas:Video Wartavisi]
Artikel Selanjutnya
5 Fakta Penembakan Konser di Moskow: Pelaku Ditangkap-Ancaman Putin
(sef/sef)