[ad_1]
Jakarta, Wartavisi Indonesia – Sebanyak hampir 9.000 dokter muda dan residen di Korea Selatan mengundurkan diri sejak 20 Februari 2024 lalu dan mengabaikan perintah dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan setempat untuk kembali merawat pasien.
Melansir dari The Washington Post, aksi ribuan dokter tersebut adalah bentuk protes terhadap kebijakan baru pemerintah Korea Selatan. Para dokter menuntut pemerintah untuk membatalkan keputusan menambah jumlah mahasiswa kedokteran karena dikhawatirkan dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
Selain itu, para dokter muda dan residen mengaku khawatir terkait meningkatnya persaingan, ketakutan akan tuntutan hukum malpraktik medis, dan tidak sepadannya jumlah gaji yang diterima dengan total jam kerja.
“Mereka (para dokter) adalah orang-orang yang begadang sepanjang malam dan bekerja lebih dari 80 jam seminggu,” kata Asosiasi Residen Magang Korea dalam sebuah pernyataan di media sosial, dikutip Jumat (1/3/2024).
Lantas, berapakah gaji para dokter di Korea Selatan?
Melansir dari The Korea Herald, Korea Selatan adalah salah satu negara dengan gaji dokter tertinggi di antara negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Namun, hal ini didasari karena jumlah dokter di Negeri Ginseng terendah kedua di antara negara anggota OECD sehingga permintaan layanan kesehatan turut tinggi.
Menurut laporan Statistik Kesehatan OECD pada 2023, rata-rata gaji dokter spesialis di Korea Selatan pada 2020 adalah sebesar US$192.749 atau sekitar Rp3,03 miliar (asumsi kurs Rp15.733/US$). Angka tersebut 60 persen lebih tinggi dari rata-rata OECD.
Sementara itu, dokter yang membuka praktik mandiri rata-rata memperoleh pendapatan tahunan sebesar US$298.800 atau sekitar Rp4,69 juta. Sedangkan, dokter spesialis yang membuka praktik mandiri rata-rata memperoleh pendapatan US$234.967 atau sekitar Rp3,69 juta per tahun.
Menurut catatan yang sama, jumlah tersebut masih tertinggi kedua setelah Belgia, yakni dengan gaji sebesar US$337.931 atau sekitar Rp5,31 juta per tahun pada 2021.
Alasan utama mengapa dokter-dokter di Korea Selatan memperoleh gaji yang lebih besar daripada negara OECD lainnya karena jumlah tenaga profesional medis yang terbatas di tengah tingginya permintaan terhadap layanan kesehatan.
Pada 2021, Korea Selatan mencatat bahwa 1.000 orang ditangani oleh rata-rata 2,6 dokter aktif, termasuk praktisi pengobatan tradisional Korea. Angka ini hanya melampaui Meksiko yang berjumlah 2,5 dokter.
Jika praktisi pengobatan tradisional tidak diikutsertakan, Korea Selatan menempati posisi terbawah di antara negara-negara OECD. Sebagai informasi, Austria, Norwegia, dan Jerman memiliki masing-masing 5,4; 5,2; dan 4,5 dokter per 1.000 orang.
Selain itu, Korea Selatan juga menduduki peringkat rendah dalam jumlah lulusan sekolah kedokteran, yakni hanya 7,3 per 100 ribu orang. Namun, permintaan terhadap layanan medis masih tinggi.
Pada 2021, rata-rata jumlah konsultasi rawat jalan tahunan yang diterima warga negara Korea Selatan adalah 15,7. Angka ini merupakan jumlah tertinggi di antara negara-negara OECD dan 2,6 kali lebih besar dari rata-rata OECD yang sebesar 5,9.
[Gambas:Video Wartavisi]
Artikel Selanjutnya
34 Hari Israel vs Hamas: Tenaga Kesehatan di Gaza Frustrasi
(miq/miq)