Singapura Jadi Negara ‘Blue Zone’ 2.0 Dunia, Apa Artinya?

[ad_1]

Jakarta, Wartavisi Indonesia – Singapura didaulat sebagai “Zona Biru” terbaru di dunia. Hal ini disebutkan oleh Dan Buettner, pencipta istilah “Zona Biru” mengatakan kepada Wartavisi Make It, Minggu (31/3/2024).

Zona Biru adalah tempat yang memiliki jumlah penduduk berusia seratus tahun 10 kali lebih banyak dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS) berdasarkan basis per kapita.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Lima Zona Biru asli sebelum Singapura adalah Ikaria (Yunani), Okinawa (Jepang), Nicoya (Kosta Rika), Sardinia (Italia) dan Loma Linda (AS). Menurutnya, Singapura saat ini menjadi Zona Biru 2.0

“Singapura memiliki… angka harapan hidup yang disesuaikan dengan kesehatan tertinggi di dunia. Jadi apa pun yang dilakukan Singapura, mereka berupaya menghasilkan kehidupan terpanjang dan tersehat di planet ini,” kata Buettner.

Meskipun Zona Biru asli muncul karena keadaan alami, Zona Biru 2.0 adalah buatan manusia. Dan inilah yang terjadi dengan Singapura.

“Zona biru lama menghilang karena menjadi Amerikanisasi,” tambah Buettner. “Mekanisasi menggantikan aktivitas fisik dan teknologi memutus hubungan manusia dengan interaksi tatap muka.”

Dalam penelitiannya, Buettner dan timnya mengidentifikasi faktor inti yang mewakili kebiasaan orang-orang yang paling sehat dan berumur panjang di dunia. Ia menyebutnya Power 9.

Sembilan prinsip tersebut adalah, bergerak secara alami dalam kehidupan sehari-hari, memiliki tujuan, menjaga rutinitas untuk menghilangkan stres, berhenti makan saat 80% kenyang, makan lebih banyak makanan nabati, mengonsumsi alkohol dalam jumlah sedang dan teratur, menjadi bagian dari komunitas, menjaga orang-orang terkasih tetap dekat, dan dikelilingi oleh orang-orang dengan kebiasaan sehat.

Berikut adalah beberapa pendorong kesehatan yang dimasukkan dalam kebijakan Singapura:

1. Jalan kaki

Meskipun orang-orang di berbagai belahan dunia berkendara dari satu tempat ke tempat lain, sebagian besar warga Singapura berjalan kaki. Namun hal ini biasanya dilakukan karena kebutuhan, bukan untuk tujuan berolahraga.

“Singapura, menurut saya, dengan cemerlang mengenakan pajak pada mobil, mengenakan pajak pada bensin, mengenakan pajak melalui penggunaan jalan raya… dan kemudian berinvestasi besar-besaran dalam hal walkability, bikeability, dan transportasi umum,” kata Buettner kepada Wartavisi.

Diketahui, untuk membeli mobil di Singapura, Anda harus terlebih dahulu mendapatkan izin kepemilikan mobil, COE, atau sertifikat hak, yang harganya bisa lebih mahal daripada harga mobil itu sendiri.

“Itu bukan hanya kebetulan, itu adalah perencanaan yang sangat bagus… sebagai hasilnya, Anda membuat orang-orang keluar dari belakang kemudi, dan berdiri,” tambahnya.

2. Dekatkan orang-orang terkasih

Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang di Zona Biru cenderung memprioritaskan orang yang mereka cintai dan menjaga mereka tetap dekat.

Hal ini terlihat dalam kebijakan Singapura yang dikenal sebagai Proximity Housing Grant yang memberikan insentif finansial kepada masyarakat untuk tinggal bersama, atau dekat dengan orang tua dan anak-anak mereka.

“Daripada menampung para lansia di panti jompo, seperti yang kita lakukan di AS, para lansia di sana, mereka tetap terikat dengan keluarga. Seringkali, mereka mendapatkan perawatan yang lebih baik dari keluarga, sehingga hal ini mendukung harapan hidup orang lanjut usia,” ungkap Buettner.

3. Rasa memiliki

Menjadi bagian dari komunitas berbasis agama dapat berkorelasi dengan harapan hidup yang lebih panjang, demikian temuan penelitian tersebut.

Hampir 80% orang dewasa Singapura berafiliasi dengan agama, menurut Pew Research Center. Selain itu, studi Pew Research pada tahun 2014 menempatkan negara kota ini sebagai negara dengan agama paling beragam di dunia.

“Semua kecuali lima dari 263 orang berusia seratus tahun yang kami wawancarai berasal dari komunitas berbasis agama,” menurut Buettner. “Penelitian menunjukkan bahwa menghadiri kebaktian berbasis agama empat kali sebulan akan menambah harapan hidup 4-14 tahun.”

4. Kebiasaan sehat

Singapura telah berhasil dalam menjadikan makanan sehat lebih murah dan lebih mudah diakses dibandingkan junk food. Negara ini telah menciptakan insentif bagi perusahaan makanan untuk menyediakan pilihan yang lebih sehat.

Pilihan yang lebih sehat seperti beras merah dan biji-bijian sedang dipromosikan oleh Dewan Promosi Kesehatan. Kementerian Kesehatan juga telah menciptakan sistem pelabelan yang menunjukkan kepada warga warung makan mana yang memiliki pilihan lebih sehat.

“Merokok telah menjadi sulit, tidak menarik dan mahal,” kata Buettner.

“Singapura telah melakukan pekerjaan yang baik dengan tampilan bungkus rokok, dengan gambar-gambar kanker mulut… mereka adalah salah satu negara pertama yang mengenakan pajak rokok.”

5. Pelayanan kesehatan yang dapat diakses

Warga Singapura menikmati layanan kesehatan universal yang berarti penduduknya memiliki akses terhadap layanan medis berkualitas, termasuk layanan kesehatan seperti pencegahan, pengobatan, rehabilitasi, dan perawatan paliatif. Pemerintah telah berupaya menciptakan kebijakan yang mensubsidi biaya layanan kesehatan.

“Di Amerika, layanan kesehatan sangat mahal dan tidak efisien dalam menghasilkan kesehatan karena prioritas yang mengatur kebijakan adalah ekonomi,” kata Buettner.

“Agenda Lee Kuan Yew dan rekan-rekannya berbeda. Mereka sebenarnya berusaha memastikan masyarakat tetap sehat, bukan mencari uang dari masyarakat,” tambahnya, mengacu pada bapak pendiri Singapura yang merupakan perdana menteri pertama negara tersebut.

6. Penegakan hukum

Singapura terkenal dengan hukumnya yang ketat. Larangan mengunyah permen karet atau makan di transportasi umum adalah contoh yang populer.

Namun, negara ini juga dikenal sangat ketat terhadap senjata dan narkoba. Pelanggaran terhadap keduanya dapat mengakibatkan hukuman penjara, hukuman cambuk, atau hukuman mati.

“Fakta bahwa senjata api ilegal di Singapura… jika menyangkut angka harapan hidup, ini adalah kebijakan yang sangat cerdas. Di AS, kita kehilangan sekitar 55.000 orang akibat kematian akibat senjata api setiap tahunnya, sementara Singapura kehilangan sekitar tiga orang,” kata Buettner.

“Undang-undang yang kejam mengenai narkoba, kita harus memperhatikan hal itu. Amerika Serikat kehilangan lebih dari 100.000 orang akibat kematian akibat narkoba tahun lalu dan Singapura kehilangan sekitar 20 orang,” tambahnya.

[Gambas:Video Wartavisi]


Artikel Selanjutnya


Wabah Kutu Busuk Sampai Singapura, Begini Cara Agar Terhindar

(haa/haa)

More From Author

Komen Nyinyir Netizen Salah Kamar, Ini Respons Tak Terduga Dewi Sandra

Mulai Juli 2024, Calon Pengantin Wajib Ikut Bimbingan Perkawinan